Selasa, 10 April 2012

Catatan kecil Wisata Rohani IMCV 2012 - Part 2

Catatan kecil Wisata Rohani IMCV 2012
Oleh: Istiari Widodo

*Hari Pertama*

Memasuki lokasi Camp seperti layaknya memasuki hutan, karena memang lokasinya di kelilingi oleh hutan yang luas. Di sekeliling jalan masuk dipenuhi oleh pepohonan yang cukup padat. Terasa suasana lain mulai menyergap. Tentu bukan suasana merinding ya, tapi suasana yang berbeda dari yang biasa dirasakan di tempat lain. Kerindangan pohon-pohon yang menjulang ditambah suara satwa yang saling bersautan. Sungguh suatu keindahan tersendiri yang jarang-jarang dinikmati.

Di lokasi, Hendra dan beberapa teman yang lain sudah menanti, bahkan sudah menyiapkan salah satu Hall untuk kegiatan Shalat Jumat. Sambil menunggu teman-teman yang lain ‘unpack’ di lokasi Lodge House-nya masing-masing, aku mulai mempersiapkan kertas-kertas rencana acara dan daftar peserta untuk ditempelkan di masing-masing Lodge House agar para peserta mendapat pengingat tentang program-program yang sudah disiapkan.  Selain itu,untuk kemudahan komunikasi, walky-talky diberikan kepada para ‘Lurah’, yakni orang yang dijadikan coordinator dari masing-masing Lodge House.

Shalat Jum’at pun dilaksanakan di ‘Baden Powell Hut’, salah satu Hall yang cukup besar. Mungkin ini menjadi catatan sejarah tersendiri. Sejak lokasi Camp ini dibangun di tahun 1934, mungkin inilah kali pertama dilakukannya Shalat Jum’at.
Mudah-mudahan akan ada Shalat Jum’at yang lainnya di masa mendatang.

Selesai Shalat Jum’at, kami pun mulai menikmati hidangan bekal makan siang yang dibawa dari rumah masing-masing. Meskipun begitu, tetap saja dari teman-teman yang lain menawarkan hidangan yang dibawa masing-masing untuk dinikmati bersama. Aku jadi teringat masa kecil dahulu saat bersama teman-teman bermain untuk melakukan piknik dengan membawa bekal masing-masing untuk dinimati bersama-sama. Good old days.

Sambil menunggu acara pertama dimulai, bersama teman-teman, kami siapkan Hall yang akan dipakai kegiatan. Dari mulai menghamparkan tikar, memasang peralatan Sound System, menyiapkan ‘fire-place’ dan lain-lainnya. Tibalah acara pertama dimulai yang diawali dengan Shalat Ashar berjamaah.

Acara pertama adalah ‘pillow fighting’ dari pasangan perwakilan masing-masing house. Suami dengan mata yang tertutup, bersiap bertarung dengan senjata bantal, mengikuti aba-aba istri yang memberikan update situasi medan pertempuran. Atas aba-aba istri inilah pertarungan berlangsung dengan seru. Saling menyerang dan bertahan dengan mata tertutup. Hanya mengandalkan suara dari istri. Ini mungkin simulasi bagaimana suami belajar mendengarkan istri dalam menghadapi situasi tertentu, dimana istri lebih paham akan situasinya. Memang sebagai suami, aku juga sering khilaf dalam mem-by-pass suara masukan dari istri karena merasa lebih tahu. Padahal, ada banyak hal dimana masukan dari istri yang terkadang terasa pahit, namun justru melengkapi kekurangan suami.

Kembali kepada permainan, seperti layaknya anak-anak yang biasa bermain ini, para peserta diajak kembali menyelami masa-masa saat menikmati permainan masa kecil yang penuh diiringi gelak dan tawa. Kecerian terus berlanjut saat memasuki permainan kedua yakni tebak family, yang memperkenalkan seluruh keluarga peserta satu-persatu dengan pemaparan ciri-ciri yang singkat.

Permainan berakhir saat memasuki waktu shalat magrib, yang dilanjutkan dengan shalat magrib berjamaah lalu dilanjutkan dengan makan malam. Menu makanan merupakan salah satu nilai lebih dari setiap acara Wisata Rohani IMCV. Digawangi oleh chef pak Barja dibantu oleh chef pak Juhana dan chef Hendra plus chef ibu Ade, menu selalu muncul dengan kualitas tingkat Internasional. Tidak heran jika banyak peserta yang melayangkan pujiannya karena tingkat kepuasan yang tinggi.

Selesai makan, acara dilanjutkan dengan shalat Isya berjamaah lalu dilanjutkan dengan kajian Tafsir Surah Al-Kahfi yang dibawakan oleh Ustadz Yahya dan Ustadz Abu. Kajian Tafsir yang melayangkan imaginasi ku tentang kisah hikmah yang termaktub dalam Surah Al-Kahfi. Aku coba merasakan apa yang dihadapi oleh para ashabul Kahfi saat menghadapi situasi saat itu yang sangat tidak kondusif dalam mempertahankan keimanan. Keputusan untuk menyingkir dari masyarakat, mungkin adalah pilihan yang terberat. Aku sendiri mungkin belum sanggup untuk melakukan hal yang sama saat menghadapi situasi yang sama. Wallahu ‘alam bi shawab. Acara kajianpun berakhir sekitar jam 11 malam, yang lalu dilanjutkan dengan istirahat malam, bersiap untuk bertahajud nanti sebelum memasuki waktu shubuh.

Bersambung.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar