Rabu, 11 April 2012

Catatan kecil Wisata Rohani IMCV 2012 - Part 3

Catatan kecil Wisata Rohani IMCV 2012
Oleh: Istiari Widodo

*Hari Kedua*

Aku terbangun saat alarm dari teman di sebelahku terus berbunyi tanpa henti. Kulihat jam menunjukan pukul 4 pagi. Mungkin memang sudah saatnya aku bangun untuk bisa bersiap shalat malam. Ku lihat Ustadz Yahya masih terbangun dan asyik dengan laptopnya. Sedang sebagian yang lainnya masih asyik terlelap. Ku paksakan bangun dan bersiap, agar aku tidak terlambat.

Tepat jam setengah lima, kami semua sudah bersiap shalat, yang terasa sangat nikmat sampai terasa ke ujung urat. Setelah masuk shubuh, dilanjutkan dengan shalat berjamaah, yang kemudian dilanjutkan dengan kajian shubuh tentang perjalanan ruh. Ustadz Yahya membuka kajian tentang siklus kehidupan yang dilalui oleh ruh. Dimulai di era ruh yang dikumpulkan dan diminta persaksian akan Tuhannya “Alastu Birobikum?” “Bala Syahidna..”. Setelah itu, saat dilahirkan, manusia akan melewati fase-fase kehidupan, dari mulai fase “Tiflun”, yakni masa “mendompleng”, dimulai usia awal sampai sekitar 7 tahun. Lalu dilanjutkan dengan fase “Mumayiz” yang sudah mulai belajar membedakan yang baik dengan yang buruk, dengan rentang usia 7 sampai 14 tahun. Setelah itu, manusia akan memasuki masa “Mukallaf” (accountable), masa yang sudah dibebani dengan tanggung jawab menjalankan syariat agama. Fase ini mempunyai rentang usia antara 14 tahun sampai 21 tahun. Fase berikutnya adalah “Syabab” atau pemuda,
berkisar di usia antara 21 tahun sampai 30 tahun. Lalu fase berikutnya adalah “Rojul” yang berkisar di usia 30 sampai 40 tahun. Setelah itu, ada fase dewasa yang berkisar di usia 40 sampai 50 tahun. Lalu dilanjut dengan fase tua, yang mempunyai rentang usia antara 50 sampai 60 tahun. Di atas 60 tahun, tibalah fase lemah. Fase di atas usia 40 tahun adalah ujud yang ditentukan oleh proses yang terbentuk dari fase-fase sebelumnya, dan sudah harus mempunyai orientasi yang mengarah ke akhirat. Fase di atas 50 tahun, sudah harus menjadi fase yang memberikan sumber hidayah atau sumber cahaya, bukan sebaliknya. Subhanallah, di mana posisiku sekarang? Apakah sudah pada fase yang seharusnya? Semoga sudah pada semestinya. Amien..

Kajian dilanjutkan dengan kajian tentang hari Qiyamah yang dibawakan oleh Ustadz Abukh. Dengan gaya khas nya, kajian yang temanya cukup berat ini, bisa mengalir dengan cairnya dan membuat mudah dipahami. Memang, untuk orang yang paham, akan dapat menjelaskan sesuatu dengan cara yang sederhana.

Selesai kajian, semua bersiap untuk makan pagi yang sudah disiapkan dengan tentunya menu yang istimewa. Setelah sarapan, semua bersiap untuk melakukan acara “Family Race”, yakni melewati rintangan-rintangan tertentu bersama seluruh anggota keluarga secara bersama untuk mencapai target waktu yang tersingkat. Tetapi sebelum itu, semua peserta harus melakukan senam pagi terlebih dahulu, yang diiringi oleh musik Senam kesegaran Jasmani (SKJ) yang sangat terkenal di era tahun 80an. Hm… jadi teringat masa SMA ku dulu, dimana salah satu syarat kelulusan ujian Olah Raga adalah harus mampu membawakan SKJ dengan lengkap tanpa salah. Tapi di sini, karena sudah lupa, para instruktur, yakni pak Lugas, pak Hamim, pak Abu, serta pak Toro membawakannya penuh dengan improvisasi yang menjadikan acara senam menjadi acara ceria tersendiri.

Selesai senam pemanasan, peserta dibawa ke area penuh rintangan untuk bersiap racing. Rintangannya banyak ragam, dari melewati jembatan berbentuk jaring/jala, merambat di rangkaian ban mobil, naik tangga lalu meluncur kebawah lewat tiang, meniti jembatan satu ‘helai’ kayu, lalu berayun dengan tali menyeberangi ‘sungai’. Acara dipandu oleh MC yang handal, yakni pak Ekroman dengan komentar-komentar yang khas, membuat acara jadi lebih semarak. Terlebih dari pancaran wajah para peserta yang tampak sangat antusias, khususnya para anak-anak. “It is so fun”, begitu komentarnya. Acara pun berlangsung cukup lama dengan hasil keceriaan di wajah-wajah yang sumringah.

 Selesai acara “Family Race”, setelah makan siang dan Shalat Dzuhur, acara dilanjut dengan acara yang melibatkan seluruh anggota keluarga. Sang orang tua harus memaparkan ide dan visinya tentang rumah idaman, yang harus disampaikan ke anak-anaknya, agar sang anak-anak dapat membangun model rumah idaman tersebut dengan peralatan “craft”. Saat sang anak-anak sibuk membangun rumah idaman tersebut sambil ditemani “movie” animasi, sang pasangan orang tua mendapat sajian acara khusus.

Dengan dipandu oleh bu Ade dan bu Yelti, setiap pasangan diambil gambarnya dengan pose yang se-akrab/mesra mungkin. Setelah itu, para bapak dan para ibu mendapat ‘briefing’ yang terpisah. Para ibu mendapat tugas untuk bisa mengangkat kisah yang paling berkesan dengan sang suami, sedang para bapak mendapat tugas untuk membuat surat cinta untuk istrinya.

Lalu, tibalah waktu yang ditunggu-tunggu, saat para pasangan dipertemukan untuk maju satu-satu memaparkan hasil tugasnya. Disinilah terjadi momen-momen yang terbaik. Karena banyak rasa haru yang timbul. Ada beberapa pasangan yang sampai menangis, tercekat dan hilang kata-kata-nya. Aku pun yang hanya menyaksikan menjadi ikut terharu, seolah merasakan apa yang mereka rasakan. Sungguh sayang, karena aku tidak bisa ikut berpartisipasi. Seandainya aku ikut serta, mungkin inilah surat yang akan ku buat:

Dear ayang ku
16 tahun sudah kau mendampingi hidup ku
Yang tentunya penuh riak dan duri
Juga penuh jalan yang mendaki

Mungkin banyak kau temui
Harapan-harapan yang tak sampai
Karena keterbatasan yang ku miliki
Meski aku masih penuh janji
Untuk bisa sampai pada apa yang kita cintai

Yang jelas bisa ku rasakan
Adalah kau telah banyak memberi ketimbang aku
Kau telah membuatku lebih baik dari sebelumnya
Kau telah melengkapi apa yang aku tak mampu mencari
Kau telah memberikan makna dari apa yang ku jalani sehari-hari
Kau telah menjadi makna dari proses kehidupan ku ini

Mungkin cinta kita berdua tak akan pernah cukup untuk mempertahankan sebuah pasangan
Karen cinta kita pun bisa pudar tersapu angin waktu dan perubahan
Tapi karena kita berpasangan dengan sebab mencari cinta Nya
Dan cinta Nya akan tetap abadi meski kita telah sampai pada ajal
Dan hanya karena cinta Nya kita akan tetap bersama
Dan ajal pun tak akan dapat memisahkan kita
Karena dengan ridho-Nya, kita akan tetap bisa bersama di surgaNya

Amien ya Mujib

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar